XMsD68HnejBXABBaSiR3nl4DhiBV28OkDfbqDe4F

Kisah di Balik Keadaan Kahar Perang: Grave of The Fireflies

 

Potongan adegan dalam anime "Greves of The Fireflies" (Foto: GamesRadar).

Judul: Grave of The Fireflies

Sutradara: Isao Takahata

Produser: Toru Hara

Tahun rilis: 1988

Durasi: 89 menit

 

Anime Grave of The Fireflies (Kuburan Kunang-Kunang) ini dirilis pada tahun 1988 dan diproduksi oleh Studio Ghibli. Dalam anime ini menceritakan tentang kakak beradik Seito dan Setsuko untuk bertahan hidup saat Perang Dunia II. Dalam perjalanannya, Seita dan Setsuko berusaha untuk bertahan hidup ditengah hujan bom yang dilancarkan oleh Amerika kepada Jepang, hingga memporak-porandakan kota tempat tinggal Seita dan Setsuko sehingga menyebabkan ibunya meninggal dalam serangan yang terjadi. Sedangkan Ayahnya seorang Angkatan Laut Jepang yang berjuang dan bertempur demi negaranya Dalam kejadian serangan ini, ayahnya tidak bisa dihubungi.


Setelah ibunya meninggal, Seita tidak memberitahukan kepada adiknya Setsuko tentang kejadian ibunya yang telah meninggal karena serangan bom yang di lancarkan oleh Amerika. Seita berusaha meyakinkan adiknya Setsuko, bahwa ibunya baik-baik saja karena sedangkan mengungsi. Serangan bom yang dilancarkan Amerika membuat rumah mereka menjadi rata dengan tanah. Sehingga mereka harus mengungsi ke rumah bibinya yang berada di luar kota.


Ketika mengungsi di rumah bibinya, awalnya bibinya menerima dengan senang hati. Akan tetapi setelah beberapa hari, bibi mereka tidak suka dengan Seita dan Setsuko karena mereka tidak bekerja dan hanya menumpang makan saja di rumah bibinya. Bibinya menyindir mereka sebagai parasit, sehingga mereka tidak lagi nyaman di rumah bibinya.


Seita dan Setsuko memutuskan untuk mencari tempat tinggal dan menemukan sebuah goa yang berada di dekat danau. Ketika malam hari, goa tempat tinggal mereka tidak memiliki penerangan. Kakak-beradik ini lalu pergi mencari kunang-kunang untuk menerangi goa. Namun pada keesokan harinya kunang-kunang tersebut mati.


Keesokan harinya, kunang-kunang yang mati tersebut kemudian dikuburkan oleh Setsuko. Ia lalu mengatakan kepada kakaknya Seita bahwa ibunya telah meninggal dan dikubur seperti kunang-kunang tersebut sambil menangis. Seitapun ikut menangis sambil menenangkan adiknya agar tetap tegar.


Selama tinggal di goa tersebut, sehari-hari mereka memakan kodok panggang dan keong-keong yang ada di sekitar danau tempat mereka tinggal. Semakin lama mereka tinggal di goa, mereka pun kekurangan makanan dan juga menyebabkan Setsuko kekurangan gizi. Melihat adiknya yang kekurangan makanan, Seita mencuri buah-buahan di kebun milik orang lain. Namun, ia ketahuan pemiliknya dan dipukuli hingga dilaporkan ke pihak berwajib. Walapun akhirnya tidak diproses hukum dan dinyatakan bebas.


Poster anime "Greves of The Fireflies" (Foto: Pinterest.com).



Karena kekurangan makanan dan gizi, Setsuko meninggal. Melihat Setsuko meninggal, Seita pun langsung sedih dan tak berdaya lagi untuk bertahan hidup karena telah kehilangan adik tercintanya.


Film anime Grave of the Fireflies memberikan kesan yang menyedihkan tentang kehidupan saat peperang yang berlangsung. Dalam scene yang terdapat di dalam anime ini, terlihat bahwa pesawat Amerika mengebom memporak-porandakan Jepang. Mayat-mayat bergeletakan, banyak korban terluka parah, dan membuat semangat untuk hidup menjadi kurang. Kota yang dulunya hidup, warganya berbahagia, anak-anak lari kesana kesini sambil ketawa, seketika berubah menjadi kesedihan dan penderitaan karena perang. Perang mengubah banyak hal termasuk merenggut masa kecil anak-anak karena mereka harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup.


Film anime ini juga memperlihatkan penderitaan Setsuko dan Seita yang harus bertahan hidup dalam situasi yang genting itu. Di dalam film, ditampilkan efek musik yang menyedihkan, sehingga semakin menggambarkan kesedihan yang disertakan dalam film ini. Selain itu juga, visual yang ditayangkankan dalam film anime ini bagus meskipun diproduksi pada tahun 1988. Dimana pada tahun tersebut teknlogi animasi belum secanggih sekarang.


Selamat menonton sebuah mahakarya!



Shibgah Ma'ruf Mulyono

Editor: Afkari

Related Posts

Related Posts

Posting Komentar