Foto: Ariska Rafika |
Selasa, 3 Juni 2025, Unit Studi Sastra dan Teater (UNSTRAT), sukses menggelar Repertoar Teater di halaman Gedung Student Center pada pukul 18.30 WIB. Salah satu pertunjukan yang dihadirkan adalah monolog berjudul Air, disutradarai oleh Syahdan Hafidz, seorang anggota UNSTRAT angkatan 2021.
Tepuk tangan penonton kembali riuh kala pertunjukan kedua dari repertoar UNSTRAT malam itu dimulai. Properti sudah dipasang, mulai dari keras-kertas yang disebar, menggambarkan sisa-sisa hasil penelitian sang tokoh utama yang merupakan mantan peneliti, meja, serta papan tulis dengan berbagai kertas tertempel sebagai background.
Yudha, sang aktor, memasuki panggung dengan kostum mirip mummi. Tubuhnya digambari lambang-lambang alkimia air dengan warna merah untuk memberikan kesan simbolik. Monolog itu bercerita tentang realitas pahit seorang saintis yang hidup di era krisis air. Ia bercerita bahwa kelangkaan air akan menyisakan penderitaan dan keputusasaan bagi umat manusia.
Dalam mendalami perannya, Yudha mengaku melakukan perlakuan khusus pada dirinya. Ia memang jarang makan dan jarang minum sehingga ketika action, tenggorokannya benar-benar kering.
“Kebetulan saya memang jarang makan, jarang minum, sehingga saya benar-benar merasa kering dan butuh air,” ungkap Yudha.
Cerita dibumbui dengan kisah romansa pelaku utama yang memakan daging Dona, istrinya sendiri. Ia membakar sisa tulang sang istri dan menggunakannya untuk menanam tanaman sebagai simbol harapan di tengah kehancuran.
Syahdan Hafidz selaku sutradara membeberkan latar belakang ide pementasan ini.
"Monolog ini terinspirasi dari pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono X saat acara larungan. Beliau mengingatkan bahwa Jogja dan Sleman kelak tidak akan lagi mendapat pasokan air dari lereng Merapi," jelas Syahdan.
Menurut Syahdan, meski krisis air di Yogyakarta masih belum begitu terasa, tetapi isu ini sebenarnya sangat dekat. Misalnya pada budaya busana cepat atau fast fashion yang marak belakangan. Bagi generasi muda seusia Syahdan, busana cepat merupakan suatu yang dominan dan banyak dijumpai.
"Fast fashion telah menjadi masalah utama zaman ini. Untuk memproduksi satu potong celana jeans, dibutuhkan air yang setara dengan air untuk mandi 6 menit selama setahun. Ironisnya, jeans tersebut mungkin hanya bertahan 2 atau 3 bulan di lemari," tambahnya.
Melalui pementasan monolog Air, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kolektif dan tindakan preventif mengenai urgensi pelestarian air atau lebih besar lagi perihal ekologi. Ketika ditanya perihal proses internalisasi ke depan, Syahdan berharap setidaknya para pemain tertarik dan penasaran dengan isu ini.
“Harapannya adalah, setidaknya bagi kami yang memantaskan, kami mulai tertarik untuk mencari tahu, jadi lebih penasaran saja,” jelasnya.
Di balik kesuksesan pementasan tersebut, tim produksi UNSTRAT mengaku menemui kendala.
“Karena pementasan di outdoor, ada kekhawatiran kalau hujan. Kami juga terkendala pada proses perizinan UNY yang begitu rumit. Hal tersebut menyebabkan repertoar yang direncanakan 30 Mei harus mundur menjadi 3 Juni,” ungkap seorang perwakilan tim produksi UNSTRAT dalam sesi sarasehan.
Parwati Retnaningsih
Reporter: Parwati Retnaningsih, Ariska Rafika, Ainun Zeva, Maheswara
Editor: Ariska Rafika
keren banget mas syahdan kalau menggarap pementasan, apalagi kali ini mengangkat isu tentang krisis air, yang baru relate banget dan harus kita sadari🔥🔥
BalasHapus