![]() |
Salah Satu Banner Diskusi "Safari Gerakan" yang Terbentang di sudut kantin FISIP UNY. (Foto: Maheswara) |
Selasa,
3 Juni 2025, diskusi terbuka bertajuk “Kuliah Mahal, Ilmu Murah: Potret Ironi
Pendidikan Era Neoliberal” nyaris dibubarkan Birokrasi FISIP UNY dengan alasan
tidak mendapat izin. Diskusi publik ini diinisiasi oleh fakultas rumpun Sosial
Humaniora dari lima kampus yang terhimpun dalam agenda "Safari
Gerakan". Lima kampus tersebut antara lain UIN Sunan Kalijaga, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas
Aisyiyah Yogyakarta (UNISA), dan Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta (UPNYK).
Mulanya
diskusi tersebut hendak diadakan di Kantin FISIP UNY, tetapi sebelum acara
sempat dimulai, beberapa satpam datang mengintervensi. Busok (nama samaran)
salah seorang peserta diskusi Safari Gerakan mengatakan, satpam sempat
mengintimidasi. Mereka memaksa menurunkan beberapa banner dengan sikap
yang arogan.
“Birokrat
bersama satpam mendatangi kami dengan nuansa intimidatif. Mereka melempar
pernyataan dengan nada mengancam. Mereka bilang kami bisa dapat hukuman atas
tulisan di banner-banner kami,” terang Busok.
“Mereka
(birokrasi bersama satpam) tiba-tiba datang marah-marah, itu jelas menunjukkan
arogansi. Mereka memaksa kita menurunkan banner-banner yang sudah
terpasang dan meminta kita untuk memindahkan lokasi diskusi,” tambahnya.
Setelah
beberapa saat berunding dengan birokrasi, seluruh peserta akhirnya terpaksa
pindah ke aula lantai dua Gedung Ki Hajar Dewantara. Topik (nama samaran)
menambahkan keterangan bahwa birokrasi memindahkan paksa tempat diskusi dengan
alasan forum tidak menyetorkan izin peminjaman tempat.
“Padahal
selama ini diskusi sering kita helat di kantin, tanpa izin secara administratif
pun tidak pernah ada masalah, tidak ada intimidasi seperti hari ini,” ungkap
Topik heran.
Gatot,
salah satu satpam FISIP UNY menerangkan alasan pemindahan diskusi Safari
Gerakan. Ia berujar pemindahan tersebut atas dasar untuk menjaga ketertiban dan
kenyamanan ruang kantin.
“Bukan
dibubarkan, tapi dipindahkan ke tempat yang memang untuk diskusi. Ada ruangan
seperti Ki Hajar Dewantara (KHD) yang sudah dilengkapi fasilitas untuk
diskusi,” pungkasnya.
Maheswara
Reporter:
Maheswara, Syahi
Editor:
Ariska Rafika