XMsD68HnejBXABBaSiR3nl4DhiBV28OkDfbqDe4F

Talkshow Etika Mahasiswa dan Kekerasan Seksual Warnai PKKMB FIS 2022

Talkshow PKKMB FIS (dokumentasi: Panitia PKKMB FIS)


Kamis, 25 Agustus 2022, panitia Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta mengadakan puncak rangkaian acara PKKMB bagi mahasiswa baru FIS UNY 2022. Berbagai rangkaian acara diadakan untuk menyambut puncak acara PKKMB FIS seperti sesi talkshow dan live tour kampus yang disiarkan melalui forum zoom meeting. Puncak acara PKKMB ini diadakan di Gedung Laboratorium ISDB FIS UNY. 

Panitia puncak acara PKKMB menghadirkan empat puluh orang mahasiswa baru yang merupakan perwakilan dari masing-masing prodi. Kehadiran mahasiswa baru membuat suasana PKKMB FIS tahun ini tidak sepenuhnya terasa daring, walaupun sebagian besar mahasiswa baru lainnya masih menghadiri acara secara daring melalui zoom meeting.

Dalam rangkaian puncak acara PKKMB, panitia mengadakan beberapa kegiatan seperti diadakannya dua sesi talkshow yang menghadirkan beberapa pembicara sebagai narasumber. Salah satu talkshow yang diadakan oleh panitia PKKMB FIS 2022 adalah ‘Klinik Etika’.

Menghadirkan Grendi Hendrastomo, S.Sos, M.M., M.A selaku Dosen Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta dan Meike Lusye Karolus, S.Sos, M.A selaku Dosen Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta sebagai pembicara sekaligus narasumber dalam talkshow ‘Klinik Etika’.

Sesi pembahasan materi etika mahasiswa yang dibawakan oleh Grendi Hendrastomo membahas mengenai etika mahasiswa. Dalam penuturannya, mahasiswa harus bisa beradaptasi dan menyadari bahwa etika pergaulan di jenjang perkuliahan sangat berbeda dengan etika pergaulan di SMA. Grendi menjelaskan bahwa pada jenjang perkuliahan otonomi mutlak etika ada pada diri mahasiswa sendiri, dengan kata lain orang lain–bapak atau ibu dosen–tidak berhak untuk mengatur bagaimana etika yang harus dilakukan oleh mahasiswa tersebut.

“Perlu disadari juga bahwa ketika kita melakukan relasi, kita perlu mengedepankan sikap ing panggon ing papan.” ujar Grendi dalam forum talkshow. “Ing panggon ing papan itu maksudnya kita harus bisa beradaptasi dan menempatkan diri dimana kita bergaul, kepada siapa kita berbicara,” lanjutnya menjelaskan.

Sesi pembahasan materi kekerasan seksual oleh Meike Lusye Karolus diawali dengan menjelaskan kembali hakikat dari kekerasan seksual berdasarkan Permendikbud. Kekerasan seksual adalah tindakan yang merendahkan, melecehkan, menghina, menyerang tubuh dan fungsi reproduksi dari seseorang karena ada ketimpangan relasi kuasa atau gender. Meike menegaskan bahwa kekerasan seksual sebenarnya sudah terjadi sejak lama, namun dengan adanya era pertukaran informasi yang semakin berkembang membuat khalayak semakin menyadari bahwa ada banyak jenis kekerasan lain yang hadir di lingkungan sekitar, terutama di kampus.

Meike menjelaskan bahwa posisi konsen menjadi sesuatu yang penting dalam problematika ini. Menurutnya konsen akan muncul ketika ada relasi kuasa yang muncul di antaranya. “Ketika seseorang (korban) dimanipulasi dengan sesuatu maka kita akan memiliki yang namanya konsen sehingga disinilah suatu relasi kuasa itu muncul,” jelas Meike. “konkritnya adalah posisi yang sebenarnya seseorang itu tidak mau tapi dia terpaksa ada disana, entah dia tidak bisa menolak, tidak berdaya, atau alasan lain. Ada kemauan keluar dari posisi itu, takut, tapi kalau tidak keluar akan kena, terkadang kekerasan terjadi juga karena kita sendiri setuju untuk dikerasi,” lanjutnya panjang.

Meike juga membagikan tips mengenai proteksi diri yang harus dilakukan guna mencegah dan meminimalisir adanya kasus kekerasan seksual, khususnya di lingkungan kampus. Pertama adalah proteksi yang ada pada diri sendiri–mengenali diri sendiri–menentukan batas-batas pada diri seperti bagian mana yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain. Kedua adalah dengan mindset, perbanyak diskusi mengenai kasus yang bersangkutan serta mencari tahu lebih banyak dan mendalam mengenai problematika ini. “Proteksi kedua adalah dengan mindset, kita belajar tentang ‘ada apa di dunia ini’ (terkait dengan kasus kekerasan seksual), perbanyak diskusi mengenai topik topik yang bersangkutan karena tiap kasus kekerasan seksual selalu berbeda sehingga tidak bisa digeneralkan,” ujar Meike.

Pemaparan materi oleh pembicara yang berlangsung selama hampir satu jam ini diakhiri dengan sesi diskusi yang mana akan diisi dengan tanya-jawab antara mahasiswa baru dengan pembicara. Seorang mahasiswa baru bertanya mengenai bagaimana cara mengatasi diskriminasi sosial jika dikaitkan dengan etika yang sudah dipaparkan sebelumnya.

Diadakannya talkshow mengenai etika mahasiswa dan kekerasan seksual ini, diharapkan mahasiswa baru agar bisa mengetahui mengenai etika-etika apa saja yang perlu diperhatikan ketika berada di lingkungan kampus dan lebih berhati-hati terhadap perlakuan apa saja yang bisa mengarah pada kekerasan seksual.

 

Risti Ika Putri

Editor: Rachma Syifa Faiza Rachel

 

Related Posts

Related Posts

1 komentar