XMsD68HnejBXABBaSiR3nl4DhiBV28OkDfbqDe4F

FAKK Bangun Sinergi Mahasiswa Arsitektur dengan Warga Bangunjiwo



Sitting gorup hasil rancangan FAKK di kebun Pak Sadir (13/09/2023). (Foto: Yoga Hanindyatama)

Sebuah bangunan dari bambu berdiri tegak di lahan Pak Sadir, di RT 04 Ngentak, Bangunjiwo, Bantul. Bangunan itu berbentuk sitting group. Di tempat itu, beberapa mahasiswa sedang berteduh. Mereka berasal dari Jurusan Arsitektur Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY). Namun, mereka mengidentifikasikan diri sebagai Forum Arsitektur Kampung Kolaboratif (FAKK).

FAKK bersama Anang Saptoto, seniman[DSAP1]  foto dan desain, akan memamerkan karyanya dalam event Biennale Jogja pada 6 Oktober-25 November 2023. Mereka juga berkolaborasi dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) 04 Mawar. Perkenalan FAKK dengan KWT sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari peran Anang Saptoto.

Aprilia, salah satu anggota FAKK, menjelaskan awal mula terbentuknya forum ini dalam wawancara (13/09) di kebun Pak Sadir. Forum ini lahir sebagai respon kerja sama antara dosennya dengan Anang Saptoto dalam suatu tugas mata kuliah. FAKK dapat dikatakan sebagai mahasiswa Arsitektur angkatan kedua yang bekerjasama dengan Anang. April, sapaan akrab Aprilia, menjelaskan bahwa FAKK tidak ingin mempertebal sekat-sekat ketika berjejaring dengan warga.

“Kami ingin menyingkirkan stigma arsitektur yang selalu memerlukan biaya mahal. Kami mau lebih terbuka kepada masyarakat, bahwa arsitek itu gak mahal dan gak merepotkan mereka,” tambahnya.

April menuturkan bahwa kolaborasi ini juga dilakukan untuk mengisi waktu luang selama liburan. Dengan waktu tiga bulan, ia dan temannya mencoba melaksanakan kegiatan yang bermanfaat.

Menjaga Lokalitas Melalui Desain dan Restorasi Kebun

FAKK terdiri dari tim inti desain yang berjumlah empat orang, empat orang sebagai tambahan, dan seorang pembimbing lapangan. Dalam projek kolaborasi ini, mereka bertugas membuat rancangan bangunan seperti satu gazebo, satu sitting group, dua menara air, satu raised bed, dan pagar keliling yang berbahan bambu. Pagar dengan frame bambu nantinya akan dilengkapi dengan ecobrick. Desain  yang disusun berusaha tetap menjaga konsep lokalitas di daerah tersebut.

FAKK berpandangan dengan berprinsip pada lokalitas potensi dusun dapat ditumbuhkan dan diberdayakan semaksimal mungkin. Hal inilah yang berimplikasi pada penekanan biaya produksi. Forum diskusi dua arah dengan warga juga ditempuh oleh FAKK sebagai wadah untuk menjaring kritik dan masukan yang ada.

Di sisi lain, April menuturkan bahwa ia dan timnya menemukan hambatan dalam hal komunikasi, ketersediaan bambu yang menjadi bahan baku, serta tekstur tanah di daerah tersebut.

Selain merancang bangunan, mereka juga membantu merestorasi kebun KWT 04 Mawar. Lahan yang dikelola warga semula hanya berupa bedhengan atau gundukan tanah yang teksturnya cukup keras.

 

Mahasiswa dari FAKK sedang merestorasi lahan bersama KWT 04 Mawar (13/09/2023). (Foto: Yoga Hanindyatama)

Restorasi di lakukan di sore hari dengan cara memodifikasi bentuk tanah, yang mana dari setiap gundukan yang berjejer dipecah menjadi dua bagian. Bagian sisi utara lebih panjang daripada sisi selatan. Pinggir gundukan diberikan pembatas berupa genteng yang dipasang mengelilingi gundukan dengan posisi berdiri.

Deni Ernawati (35) dari KWT 04 Mawar memberikan tanggapannya terkait keberadaan FAKK dalam wawancara terpisah (15/09). Bu Deni sapaannya, mengapresiasi kerja-kerja yang dilakukan oleh FAKK.

Ia menjelaskan komunikasi antara FAKK dengan warga dibangun melalui forum tukar pendapat. FAKK menyampaikan draf tentang pengolahan lahan pertanian, seperti restorasi bedhengan sampai pengolahannya di lahan KWT.

Setelah melewati beberapa musyawarah, warga menerima rancangan dari FAKK dan memutuskan untuk menindaklanjuti di lapangan.

“Sangat kooperatif sekali, sangat membantu kami yang sebelumnya bingung KWT ini mau dibawa ke mana. Ternyata KWT bisa berkembang lagi. Mungkin untuk ke depannya, bisa ada kerja sama lagi dengan pihak lainnya,” pungkas Bu Deni.

 

Yoga hanindyatama

Editor: Yudhistira Wahyu Pradana dan Dewa Saputra

 

*Tulisan ini merupakan liputan kolaborasi dengan beberapa LPM di Yogyakarta (LPM Philosofis, LPM Ekspresi UNY, dan LPM Presisi)

 


Related Posts

Related Posts

Posting Komentar