XMsD68HnejBXABBaSiR3nl4DhiBV28OkDfbqDe4F

“Jogja sebagai Ibukota Buku” Kolaborasi IKAPI dan DPAD DIY dalam Jogja Book Fair 2024

Konferensi Pers Jogja Book Fair 2024. (Foto: Hisyam Billya)

Peringatan hari literasi dunia yang jatuh pada 8 September, Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY, menyelenggarakan Jogja Book Fair 2024. Berkolaborasi dengan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DIY, kegiatan itu diselenggarakan di halaman kantor DPAD DIY, pada tanggal 10 September - 19 September 2024.

Agenda Jogja Book Fair, sejatinya sudah lahir sejak tahun lalu. Kemudian tahun ini dilanjutkan, dengan harapan meningkatkan ekosistem literasi di masyarakat,” ucap Kurniawan, kepala DPAD DIY.


Kegiatan yang bertajuk “Aksara Rasa” memiliki arti penting dalam kebudayaan. Ketika dibedah ‘aksara’ berarti kata-kata, sedangkan ‘rasa’ berarti perasaan. Sehingga harapan Kurniawan dapat membawa pengalaman literasi, menuju titik emosional masyarakat.


“Agenda ini bertujuan dalam upaya perpindahan prespektif masyarakat, terkait kegiatan literasi yang tidak sekedar diartikan membaca saja, melainkan dapat menjadi jembatan emosional batin. Sehingga ketika membaca, masyarakat dapat terbawa oleh imajinasi dan emosional yang kuat melalui tulisan,” tambahnya.


Sementara itu, Wawan Arif, selaku ketua IKAPI, menyampaikan sesuatu yang berbeda. Ia melihat kondisi Jogja sebagai akuarium pendidikan, dengan banyaknya kampus yang berjajar.


“Jogja sebagai episentrum pendidikan, melahirkan banyak infrastruktur yang mumpuni dalam kegiatan literasi. Sehingga tak heran, banyak universitas yang berdiri. Tidak berhenti disitu, berdirinya gedung perpustakaan yang besar dan megah, serta maraknya toko buku dan penerbit yang menjamur. Diharapkan menjadi titik awal, dalam penguatan literasi bahkan dalam tingkat yang lebih luas,” sebutnya saat dijumpai wartawan Philosofisonline.id.


Wawan menambahkan perlunya sinergitas antara pelaku industri (perbukuan) dengan pemerintah. Dalam pengembangan literasi di tanah istimewa.


“Ketika berbicara kegiatan literasi, tentu tidak sebatas membaca buku saja. Tetapi juga dilihat ekosistem yang terlibat, mulai dari penulis, penerbit buku, bahkan para sastrawan sebagai pemain utama, dalam menggaet para pembaca. Sehingga ketika ekosistem ini dapat berjalan serta mendapatkan sinergi dari negara, maka utopis ‘Jogja sebagai ibukota buku’ bukan isapan jempol belaka,” sambungnya di tengah-tengah acara.


Senanda dengan Yusuf Effendi, selaku ketua acara, memandang Jogja Book Fair, sebagai penguatan dalam iklim literasi dan kesenian. 


“Sependapat dengan tutur mas Wawan, jika literasi dilihat sebagai baca buku saja, maka sesuatu itu (literasi) hanya terkotakkan pada itu. Padahal kegiatan ini dapat diperluas dalam manfaat lain, salah satunya seni, melalui teatrikal puisi, musik, workshop, dan lain sebagainya,” sebutnya, di tengah konferensi pers. 


“Bahkan untuk mencapai titik ibukota buku, sebagaimana ucap mas Wawan. Kami merangkul ratusan penerbit, dengan total buku yang tersedia berada di angka lebih dari satu juta. Sehingga konsumen yang datang dapat bervariasi jumlahnya, terlebih disertai diskon yang menarik mencapai 80%,” pungkasnya, dengan senyum sumringah. 


Acara Jogja Book Fair nantinya menghadirkan para penulis ternama. Sebut saja Eka Kurniawan, Puthut EA, Agus Mulyadi, Paksi Raras Alit, JJ RIzal, Fachruddin Faiz, Kalis Mardiasih, Bambang Pacul, Lya Fahmi dan lain-lain.



Hisyam Billya

Editor: Wisnu Yogi

Reporter: Hisyam Billya


Related Posts

Related Posts

Posting Komentar