XMsD68HnejBXABBaSiR3nl4DhiBV28OkDfbqDe4F

Di Gondokusuman, Pare Disulap Jadi Bahan Beraneka Olahan Makanan

Poster pameran hasil tani dan lomba olahan pare (Foto: Yoga Hanindyatama)

Gubug Bambu yang terletak di Jalan Timoho, Kemantren Gondokusuman, Kota Yogyakarta dipenuhi oleh warga pada Selasa (30/01). Pada hari itu, mereka berkumpul untuk mengikuti agenda panen pare. Dengan mengangkat tema “Pareku Subur, Gondokusuman Makmur”, panitia mengadakan lomba olahan pangan yang berasal dari pare. Acara yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB ini juga dihadiri oleh perwakilan kelompok tani, lurah Baciro, mantri pamong praja (camat) Gondokusuman, dan jajaran pemerintah. 

Selain itu, ada pula pameran hasil pemetaan kelompok tani (poktan) dan pegiat pertanian se-Gondokusuman. Peta sebaran ini dibuat oleh kelompok Panen Apa Hari Ini (PARI). PARI mencatat ada 21 kelompok yang tersebar di 5 kelurahan, yaitu Baciro, Klitren, Demangan, Kotabaru, dan Terban. Klitren mencatatkan angka terbanyak dengan 7 kelompok. Posisi kedua diduduki oleh Demangan (5 kelompok), lalu Baciro (4), Terban (3), dan Kotabaru (2).

Tri Umiyati, ketua panitia, mengatakan bahwa persiapan acara memakan waktu sejak akhir tahun lalu. Persiapan ini juga memperhatikan proses penanaman pare. Menurutnya, penanaman dimulai awal Desember 2023.

“Kurang lebih tiga bulan (persiapannya),” tuturnya di sela-sela lomba berlangsung.

Ia mengatakan bahwa lomba memasak olahan pare ini diikuti oleh 19 kelompok tani. Menurut penuturannya, kelompok petani di Gondokusuman selalu melakukan koordinasi dengan beberapa pihak. Salah satunya meliputi pelatihan atau pendampingan. Pihak yang dimaksud oleh Tri Umiyati, yaitu Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan komunitas PARI. Kelompok petani hanya menjalankan program yang sudah disusun bersama.

Pada hari itu, panitia membagi lomba menjadi dua kategori; olahan pare untuk umum atau keluarga (kategori A) dan olahan untuk anak (kategori B). Pare tidak hanya menjadi tambahan saja, tetapi juga salah satu komposisi penyusun bahan olahan. Masing-masing kelompok tani dapat mengirimkan lebih dari satu resep untuk diajukan dalam lomba. Masakan yang diperlombakan ditaruh di panggung sebelah selatan. Juri akan melihat rasa, kreativitas, dan packaging saat memberi penilaian pada masakan. 

Dalam acara itu, panitia juga mengakomodasi penjualan olahan pare dari poktan. Salah satu olahan pare dalam lomba yakni “Bakpia Asoka” berbahan pare dan kacang hijau. Bakpia ini dibuat oleh Kelompok Tani Asoka yang berasal dari Kampung Balapan Kesatrian, Klitren. Mereka mengemas bakpia dalam beberapa dus kecil berwarna cokelat. Tiap-tiap dus berisi 6 buah. Satu dus bakpia itu dibanderol dengan harga Rp10.000.

 

Bakpia pare kacang hijau (dus cokelat) bersanding dengan olahan pare lainnya. (Foto: Yoga Hanindyatama)

Ermin, anggota Poktan Asoka, mengatakan bahwa kelompoknya membuat bakpia dengan sedikit modifikasi. Ia mengatakan bahwa produk yang dibuat berbeda dengan bakpia kebanyakan. Bakpia yang beredar rata-rata isinya kacang hijau. Namun, Poktan Asoka membuat inovasi dengan memadukan pare dan kacang hijau. Ermin mengatakan bahwa bakpia ini dibuat lebih kering. Bahkan ia menyebutnya pia, alih-alih bakpia. Sebelumnya, poktan ini pernah mengolah bunga asoka menjadi bahan baku bakpia.

“Biasanya Jogja itu bakpia, tapi kalau ini pia pare. Bedanya karena pia lebih kering,” katanya menjelaskan.

Proses memanggang bakpia memakan waktu kurang lebih 40 menit. Di lain hal, tantangan yang dihadapi yakni menjaga api supaya tidak terlalu besar ataupun kecil. Besaran api harus konsisten. Apabila api terlalu besar, maka lapisan kulit bakpia akan cepat berwarna cokelat. Walaupun demikian, adonan bakpia belum tentu matang.

“Kalau (apinya) kebesaran, (lapisan kulit) cepat cokelat, terus dalamnya gak terlalu matang. Jadi berasa masih (kaya) tepung,” tambah Nina, anggota Poktan Asoka lainnya.

Sebelum lomba dilaksanakan, terdapat dua pelatihan bagi Poktan di Gondokusuman. Pelatihan pertama diselenggarakan pada 15 Januari 2024 di Balai RW 4 Terban. Materi yang diberikan yaitu pembuatan es krim, selain, puding, dan koktail dari pare. Selang tiga hari kemudian, pelatihan kembali dilakukan di 18 Januari 2024 di Kantor Kalurahan Baciro. Berbeda dengan sebelumnya, materi pada hari kedua ini berkaitan dengan pengolahan sagon, wingko, dan bakpia.

Dalam lomba olahan pare ini, Poktan Asoka berhasil meraih juara. Olahan bakpia pare kacang hijau meraih juara 3 kategori A. Di samping itu, poktan asal Balapan Kesatrian ini juga meraih juara harapan 1 kategori B dengan menu yangko guling pare kacang.

 

Yoga Hanindyatama

Reporter: Yoga Hanindyatama

Editor: Dewa Saputra

Related Posts

Related Posts

Posting Komentar