Penampilan musik breakcore (Foto: Ainun Zeva) |
Selasar Gedung Agung Jogja, dipenuhi sejumlah massa aksi pada Minggu, 20 Oktober 2024, pukul 15.00 WIB. Aksi tersebut diinisiasi oleh beberapa aliansi masyarakat sipil seperti, Forum Cik Ditiro, Jagad (Jaringan Gugat Demokrasi), dan Jogja Memanggil. Gelaran ini menjadi kritik keras atas pelanggaran rezim pemerintahan masa lalu, serta upaya mempertahankan kekuasaan pada pemerintahan yang baru.
Aksi yang bertajuk “Parade Pengadilan Rezim: Dendam Kelas,” sengaja digelar bertepatan dengan pelantikan presiden dan wakil presiden. Hal ini dilakukan sebagai kritik keras atas pergantian pemerintahan yang bermasalah.
“Melalui gelaran pemilu sebelumnya, kami menolak keras proses transmisi kekuasaan. Bagi kami, kekuasaan tidak pernah berganti sebagaimana seharusnya. Sehingga aksi ini ditujukkan untuk teralisasinya pengadilan rakyat, guna menghentikan laju permainan rezim,” ucap Ucok, humas aksi itu.
Pernyataan ini bukan tanpa sebab, Ucok menambahkan, Baik Jokowi maupun Prabowo, sama-sama dihasilkan dari konsolidasi oligarki.
“Baik rezim Jokowi ataupun Prabowo sejatinya sama saja. Mereka lahir atas kongsi politik dari oligarki. Sehingga situasi yang terjadi ke depan tidak akan terasa banyak perbedaan,” sambungnya, dengan nada kesal.
Gelaran aksi tidak hanya diwarnai orasi dan teatrikal pengadilan rakyat saja. Melainkan menyuguhkan berbagai hal menarik, mulai dari lapak baca, cek kesehatan gratis, hingga penampilan musik EDM yang menarik banyak pasang mata.
Salah satu seniman musik yang berpartisipasi dalam aksi adalah Nasgul, sebuah akronim dari grup Nihil dan Audiosabotage. Pada kesempatan itu, Nasgul menampilkan musik Breakcore -genre musik yang lahir atas perkawinan EDM dengan metal.
Melalui suguhan musik, Nasgul hendak menyampaikan keresahan yang dimiliki.
“Kami tidak hanya sekedar bermain musik, tetapi juga menyampaikan perlawanan atas situasi yang sedang berlangsung. Hingga mengingatkan pemimpin yang baru merupakan salah satu pelaku HAM berat tahun 1998,” ucap pria yang mengenakan busana serba hitam.
Ia juga menyerukan kepada musisi lain untuk melakukan hal serupa.
“Musik tidak hanya sekedar untaian cerita cinta belaka. Akan tetapi musik juga dapat menjadi bentuk kritik sosial,” sambung Nasgul, ditengah gelaran aksi.
Setelah rangkaian atraksi aksi hingga orasi digaungkan. Massa aksi membubarkan diri sejak pukul 19.00 WIB.
Ainun Zeva
Editor: Wisnu Yogi