pernyataan sikap Ikatan Mahasiswa Ilmu Sejarah (foto: Ahmad Syahirul) |
Ikatan Mahasiswa Ilmu Sejarah menggelar aksi solidaritas bertajuk Kami Kem-Arie di Taman Pancasila FISIP UNY, Kamis (9/10). Aksi ini merupakan bentuk protes penangkapan Perdana Arie Putra Veriasa, mahasiswa UNY oleh Polda DIY yang dilakukan tanpa mengindahkan prosedur seharusnya.
Selain sebagai bentuk protes terhadap Polda DIY, aksi menjadi respon terhadap bungkamnya birokrasi kampus yang dinilai tidak berpihak pada mahasiswa.
Salah satu orator dalam aksi ini menyampaikan, bahwa perjuangan Arie adalah simbol keberanian melawan ketidakadilan.
“Kita menuntut keadilan bukan hanya untuk Mas Arie, tetapi juga untuk teman-teman yang berjuang. Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam, dan kritik dilarang tanpa alasan, maka hanya ada satu kata: lawan!” serunya di tengah orasi.
Dalam pernyataan sikap resmi yang dibacakan oleh Dana Dyaksa, salah satu perwakilan Ikatan Mahasiswa Ilmu Sejarah UNY, menyatakan bahwa penahanan Arie sebagai bentuk kriminalisasi dan manipulasi hukum.
“Kawan kami ditahan lewat proses kriminalisasi yang penuh manipulasi. Namun, percayalah, yang mereka kurung hanyalah tubuh, bukan keberanian yang terus menular.”
Ikatan Mahasiswa Ilmu Sejarah UNY juga menegaskan bahwa, keterlibatan Arie dalam demonstrasi di Polda DIY pada 29 Agustus kemarin adalah wujud pengabdian mahasiswa terhadap rakyat dan masa depan negeri.
“Ia berada di sisi sejarah yang benar, ia marah atas ancaman otoritarianisme dan ketimpangan sosial yang makin meluas,” ucap Dana membacakan pernyataan sikap.
Melalui aksi ini, Ikatan Mahasiswa Ilmu Sejarah UNY menyampaikan lima tuntutan utama, yakni:
- Mengajak seluruh mahasiswa, alumni, dan tenaga kependidikan Ilmu Sejarah UNY untuk bersatu melawan kriminalisasi dan pembungkaman nalar kritis di kampus.
- Mendesak Rektorat UNY memberikan pendampingan hukum, dukungan moral, dan jaminan akademik bagi Perdana Arie Putra Veriasa.
- Menuntut universitas bersuara lantang menolak kekerasan aparat dan melindungi hak hak mahasiswa.
- Meminta Dekanat FISIP berkoordinasi dengan dosen Ilmu Sejarah agar hak akademik Arie tetap berjalan.
- Menyatakan sikap tegas menolak segala bentuk kriminalisasi terhadap Arie dan menyebut keberaniannya sebagai bagian dari tanggung jawab moral intelektual.
Pembacaan pernyataan sikap tersebut sekaligus menjadi pemungkas Aksi. Sebelum membubarkan diri pada pukul 12.45 WIB, massa aksi membentangkan poster-poster warna-warni yang berisi satir terhadap bungkamnya kampus serta kesewenang-wenangan Polda DIY.
Ahmad Syahirul Hadji
Reporter: Iqbal Fauzi, Rafi Akbar
Editor: Ainun Zeva