XMsD68HnejBXABBaSiR3nl4DhiBV28OkDfbqDe4F

Gaung Rindu dan Puisi Lainnya

Ilustrasi: Rachmad Ganta Semendawai


Gaung Rindu


Ketika kurasa sepi, terlintas benak kekosongan pikiran

Aku terdiam membisu tuk menggaungkan sejuta rindu

Rinduku berpadu dengan tetesan panorama nan indah

Kau adalah bayangan jiwa yang terpancar di hatiku

Entahlah, aku suka mengisahkan kita berdua

Sembari meneteskan deretan tinta kenangan yang begitu romantik

Namun kian berlalu, hanya menjadi sebuah ilusi kenangan nan indah

Tuan, aku selalu merindukan kala kita bersama

Maka kugaungkan rinduku pada alam semesta

Penuh rasa serta harap atas apa yang kunanti

Tuhan, izinkan aku bertahta di hatinya

Kadang kala rona mataku tersayup mendengar perintah-Nya

Rinduku semakin menggema, menggaungkan hati yang kini menepi bak sunyinya angkasa

Biarlah kau pergi melayang bebas tanpa ikatan janji

Walau rinduku semakin bergema

Kuteteskan tinta

Kugoreskan pada secarik kertas putih

Kutuliskan namamu

Kurangkaikan untaian kata indah tentang kita berdua

Aku tersenyum akan itu

Semoga Tuhan menakdirkan senyum tanpa henti untuk kita



Kamar Kesepian


Izinkan malam hari ini aku tidur tenang

Bintang menerangiku, bulan menemaniku

Lantas diriku kesepian di malam yang penuh kesunyian

Di ruangan penuh kegelapan,

Hanya ada satu titik terang

Menembus jendela asaku

Lalu aku menangis

Kubisikkan rasaku pada tetesan udara di jendela

Adakah ruang hampa tersisa untukku?

Oh kamarku

Cermin berkata,

Jiwaku tak pernah kesepian

Hanyalah otak dan hati yang tak bisa menyatukan jiwa

Begitulah nasibku, maka tak apalah hari ini sepi

Di kewajaran malam yang sunyi, alunan mistik jelas terasa

Izinkanlah aku bertahta malam ini

Tangisan alam berderu menyambar di jendela kamarku

Aku kesepian, aku ingin bersamamu

Namun dirimu menyudahi menemaniku

Jauh hari tanpa kabar

Biarlah angin semu memberi kabar

Biarlah tahtaku terisi goresan pena di kertas

Kucatat dengan tangisan dan lantunan berbagai irama lagu

Aku menyendiri, mengheningkan suasana kala kesepian merayap di ruangan ini

Aku tersenyum, hanya ada untukku, duhai kamarku bertahta di hatiku



Relungan Angin


Kudengar sayup angin membahana

Entah darimana, suara angin ini menerjang ke segala arah

Aku tak mengerti akan ronde peringatan ini

Terkadang berlari sana-sini entah kemana kau tuju

Baris-berbaris menyatu, tampak sebuah relungan nan indah

Penuh elok gaya tariannya di setiap irama

Tersapu bersih di hamparan tanah yang dulunya dihujam penuh debu dan pasir

Oh relungan angin tampak nyata di mata

Meski aku tak tahan akan butiran debu yang menyihir bola mataku hingga pedih

Tetapi angin terus membahana hingga ujung waktu

Tak ada waktu berhenti walau sebatas itu

Relungan angin nan indah

Menggebu segala ruang yang kau lalui

Bagaikan angin melukis sirna yang menampakkan di muka bumi




Talitha Shafa Nariswari
(Penulis merupakan mahasiswa Pendidikan Sejarah FIS-UNY 2020)

Editor: Rohmawati dan Akmal Firmansyah


Related Posts

Related Posts

Posting Komentar