XMsD68HnejBXABBaSiR3nl4DhiBV28OkDfbqDe4F

Streetfeeding Yogyakarta: Kegiatan Istimewa di Alun-Alun Kidul

Ilustrasi: Jagad Tegar Martriyas


Semburat oranye menghiasi langit Jogja. Diiringi dengan langkah mentari yang tenggelam menuju tempat peristirahatan. Semilir angin menambah kesan hawa sejuk tanah lapang ini. Begitulah kira-kira penggambaran suasana Alun-alun Kidul Jogja kala itu, Rabu, 26 Mei 2021.


Alun-alun ini tampak begitu ramai. Tidak seperti saudara kembarnya, Alun-alun Kidul banyak didatangi oleh pelancong dari berbagai penjuru. Wajar hal tersebut terjadi, terlebih semenjak tanah lapang di depan Keraton itu dilindungi oleh pagar besi.


Lain nasib dengan Alun-Alun Utara. Meskipun memiliki kesamaan, yakni sama-sama terdapat pohon beringin kembar. Akan tetapi, kedua alun-alun ini sangat timpang perbedaannya. Alun-Alun Selatan lebih menampilkan kesan yang lebih terbuka karena tidak ada pagar besi yang mengurung lapangan ini.


Bila kita berkunjung ke tempat ini tak perlu repot-repot meminta izin terlebih dahulu. Tak ada pagar yang menghalangi. Setiap orang bebas hilir mudik menginjak tanah ini. Setiap orang bebas pula menawarkan barang dagangannya di tempat ini. Setiap orang yang datang dari berbagai penjuru dapat melakukan berbagai aktivitas di tanah lapang ini.


Keistimewaan Alun-Alun ini datang bukan dari megahnya pagar yang menjulang tinggi menghadang setiap pendatang. Pagar yang menjadi sekat pembatas garis kekuasaan raja dengan rakyat. Keistimewaan ini datang dari kehangatan suasana sesrawungan guyub rukun di tengah hiruk pikuk kota Yogyakarta. Keistimewaannya juga datang dari berbagai kegiatan yang istimewa di tempat ini.


Alun-Alun ini istimewa. Hal itu dapat kita temukan apabila kita menelisik lebih dalam tempat ini. Jika kita pergi ke arah selatan Alun-Alun. Tepatnya di bawah plang penunjuk jalan di pertigaan Jalan Gading.


Sekelompok pemuda sedang bergerombol. Mereka melepaskan tawa canda bersama sambil melakukan gerakan mulia. Kegiatan mereka sangat sederhana tetapi istimewa. Gerakan tersebut adalah gerakan memberikan makanan kucing secara cuma-cuma.


Gerakan ini diinisiasi oleh Faiz Mufli. Pria asal Pati berusia 26 tahun. Diketahui, ia merupakan salah satu mahasiswa lulusan kampus negeri terkenal di Jogja. Saat ini, ia telah bekerja dan menyisihkan sebagian penghasilannya untuk kucing. Iya, benar, kucing, terutama kucing jalanan. 


Kebiasaan memberi makanan kucing liar telah ia lakukan sejak lama. Biasanya, Faiz selalu membawa makanan kucing di jok motor ataupun tas kemanapun ia pergi. Rutinitas tersebut melahirkan ide menarik yang ia gali menjadi lebih luas.


Faiz mengaku kegiatan yang dilakukannya ini terinspirasi dari Twitter. Dia melihat ada salah satu kafe di Bandung yang menaruh makanan kucing di depan tempat mereka. Tujuannya agar makanan tersebut dapat mengisi perut kosong setiap kucing liar di sekitar kafe tersebut. Ide tersebut dicomot oleh Faiz kemudian dipoles sedikit hingga melahirkan gerakan streetfeeding Jogja.


Gerakan streetfeeding Jogja merupakan gerakan membagikan makanan kucing gratis bagi setiap pengunjung yang datang di Alun-Alun Kidul. Pengunjung dapat secara bebas mengambil makanan kucing tanpa dipungut biaya apapun. Gerakan ini hanya mengharapkan timbal balik berupa pemberian makanan kepada kucing-kucing liar yang terlantar di sekitaran mereka. Mayoritas pengunjung mengetahui gerakan ini dari sosial media. “Kebanyakan dari twitter dan instagram,” ujar Faiz saat ditemui Philosofis.


Hal tersebut diiyakan oleh Rizki, salah satu pengunjung yang mengambil makanan kucing gratis tersebut. “Saya sengaja datang kesini (Alun-Alun Kidul) karena tahu awalnya dari Twitter lalu mengikuti perkembangannya (gerakan streetfeeding Jogja) di Instagram,” ujar Rizki, 23 tahun. Rizki mengapresiasi gerakan ini karena cukup baik untuk mengatasi persoalan makanan bagi para kucing yang tak bertuan. Rizki juga menilai bahwa gerakan ini dapat mengurangi risiko pencurian makanan yang biasa dilakukan oleh kucing liar.


Tak mudah bagi Faiz dan kawan-kawan yang membantunya untuk mempromosikan gerakan ini. Masyarakat masih belum sadar ketika awal gerakan ini terlaksana. Bahkan, Faiz dan teman-temannya sampai jemput bola membagikan makanan kucing yang dibawanya kepada pengunjung serta pedagang di Alun-Alun Kidul. “Kita sudah langsung terjun pertama kali abis itu viral, awalnya sepi tuh lalu setelah viral jadi ramai,”. Usaha Faiz menyebarluaskan gerakan ini lewat sosial media tidak sia-sia. Ciutan Faiz yang berisi kegiatan streetfeeding disambut hangat oleh warganet hingga viral di Twitter.


Gerakan streetfeeding Jogja menjadi dikenal oleh banyak orang hingga akhirnya Faiz dan kawan-kawan tak perlu lagi melakukan aksi jemput bola. Orang dari berbagai kalangan hadir silih berganti. Baik tua maupun muda semua datang untuk mengambil makanan kucing secara cuma-cuma.


Anggota Gerakan Streetfeeding Yogyakarta (Foto: Instagram @streetfeeding.yk)


Setiap kegiatan didokumentasikan dengan baik oleh Faiz. Foto dan video yang diambil dibagikan lewat
instagram story maupun postingan Instagram. Akun instagram @streetfeeding.yk menjadi wadah untuk menampilkan kegiatan mereka. Berbagai unggahan tersebut diharapkan dapat membuat gerakan ini semakin dikenal luas oleh masyarakat.


Pada saat ditemui, gerakan ini baru hadir selama tiga kali dalam tiga minggu. Tercetusnya gerakan ini terjadi pada Selasa, 11 Mei 2021 bersamaan dengan cuitannya yang viral. Kegiatan ini biasa terlaksana seminggu sekali setiap hari Selasa atau Rabu. Hari yang diambil tergantung jadwal senggang dari Faiz.


Alun-Alun Kidul dipilih menjadi lokasi streetfeeding tentu karena ada alasan. “Kebetulan tempatnya yang lapang jadi ga bikin macet di jalan, terus kita sudah izin disini biar teman-teman bisa ngobrol-ngobrol juga disini jadi ga keburu abis ngambil langsung pergi,” ujar Faiz sambil mendokumentasikan kegiatan streetfeeding.


Masyarakat sekitar dan warganet merespons positif kegiatan ini. Kritik dan saran ditampung dengan baik oleh Faiz dan kawan-kawan. “Alhamdulillah selama ini baik mas ada kritik dan saran itu kami terima dan pikirkan bareng-bareng untuk ke depannya lebih baik seperti apa,” ujar Faiz.


Kebanyakan orang-orang menyarankan untuk mengupgrade merek makanan kucing mereka. Terlebih lagi, saat ini, banyak pihak yang memberikan bantuan berupa donasi dalam bentuk uang maupun makanan kucing untuk membantu gerakan ini. Faiz menampung seluruh bantuan dari pihak penyokong untuk memperlancar kegiatan ini serta melaporkan secara transparan melalui media sosial mereka.


Ketika ditanyai soal rencana ke depan tentang gerakan ini, Faiz masih belum bisa berbicara banyak. Faiz berkata, “Rencananya belum tahu ya mas masih kami pikirkan dulu ke depannya mau bentuk komunitas atau tidak, takutnya ntar kalau sudah bikin komunitas malah trendnya turun nah ntar malah sepi istilahnya netep dulu lah, kalau misal trendnya naik bisa jadi komunitas,”. Rizki mengusulkan kegiatan streetfeeding ini harus diperluas, “Jadi bukan hanya di tempat ini saja tetapi (juga) di wilayah-wilayah lain terutama di Jogja.”


Berbicara tentang harapan. Faiz hanya berharap agar kegiatan ini dapat bertahan tidak hanya sesaat saja, tetapi terus berlanjut hingga generasi yang akan datang. Harapannya, gerakan yang ia bentuk ini dapat menularkan virus kebaikan bagi manusia atau kucing atau mungkin hewan lain. Dari situ lah, asa menyalurkan kegiatan positif kepada banyak orang sehingga tergerak untuk berbagi kepada kucing jalanan.


Rizki juga menuturkan harapan terhadap kegiatan ini agar segera dibentuk komunitas agar dapat menggaet lebih banyak anggota, serta dapat melaksanakan kegiatan yang lebih beragam. “Jadi ada harinya buat gathering dan ada kegiatan buat ngasih makan kucing begitu jadi benar-benar kaya mengeksplor ramai-ramai begitu,” ujar Rizki.


Sejatinya, alun-alun memang begitu fungsinya. Tempat yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengekspresikan diri dan juga wadah berkumpulnya seluruh lapisan masyarakat secara bebas. Gunanya melahirkan kegiatan positif yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Contohnya gerakan streetfeeding Jogja yang diinisiasi oleh Faiz. Hingga akhirnya, tempat ini akan dikenang tak hanya sebagai destinasi wisata. Melainkan, ruang publik yang tak henti-hentinya menelurkan kegiatan istimewa sehingga memberikan faedah bagi masyarakat luas.




Irfan Arfianto

Editor: Diah Eka A



Related Posts

Related Posts

Posting Komentar