Illustrasi: Tinta Mutiara Nissa |
Jangan Bertanya Siapa yang Masuk Surga
Jangan bertanya siapa yang akan masuk surga
Jawabannya tentu mahasiswa
Gedung megah ditutup paksa
Namun dari luar mereka mengeruk saku celana
Jangan bertanya siapa yang akan masuk surga
Jawabannya tentu mahasiswa
Tak ada akar, rotan pun jadi
Tak ada pemasukan, keluarkan tagihan
Ucap cacing-cacing kelaparan
Jangan bertanya siapa yang akan masuk surga
Jawabannya tentu mahasiswa
Kelas-kelas kosong, otak melompong
Dompet bolong
Jangan bertanya siapa yang akan masuk surga
Jawabannya tentu mahasiswa
Minta transparansi dituduh anarki
Minta reformasi malah dikebiri
Jangan bertanya siapa yang akan masuk surga
Jawabannya tentu bukan birokrat kita
Baedah Babu Cemara
Scckkk sckkk
Paduan suara antara capit, botol, dan goni
Berdendang di antara tong dan tong lagi
Siti Zubaedah,
Bibirnya pucat jiwanya sekarat
Baedah, oh Baedah
Mengintip di antara kerumunan warga
Diamatinya layar kaca tak berwarna
Lalu mengulang-ulang lafal yang dihafalnya
“Siapa yang melawan, akan saya gebuki..”
Sembari meringis dengan gigi yang gupis
Baedah pulang mencari mamaknya
Menggosok-gosok perutnya
Dan berkata,
“Aku mau jadi babunya”
Lalu menoleh ke arah cemara dari balik jendela
-Yogyakarta, 2021-
Kamar Suara
Kotak-kotak mengkotak kotakan
Bolak-balik bilik bilikan
Kamar-kamar berjejer jejeran
Berbondong-bondong tuan puan
Menggerogoti tembok-tembok kamar
Berlomba memasuki salah satunya
Menyalami lapar dahaga
Menyuguhkan kesejahteraan
Tapi mereka lupa, mulutnya bau busuk
Dan telinga-telinga kami mulai bebal
Penyewaan kamar mulai penuh
Tuan puan membayar mahal demi salah satunya
Seperti ingin segera menyetubuhi kami
Dan menodai kamar-kamar persewaan ini
Padahal kami titipkan jiwa raga di dalamnya
Dari luar kamar sempit ini
Terpampang besar raut tuan puan
Membariskan kami di hadapan
Menjamu kemiskinan
Namun mengemis
“Hujani aku dengan suara-suaramu”
Tinta Mutiara Nissa
Editor: Farras Pradana